Dekan FMIPA IPB University Tulis Buku Sains Biodiversitas, Dapat Diakses Secara Gratis
Sepanjang sejarah evolusi, dinamika biodiversitas selalu berubah. Namun kondisi biodiversitas di masa kini semakin ekstrim bahkan semakin mengkhawatirkan. Kondisi ini disinyalir karena faktor antropogenik atau perilaku manusia yang sangat dominan.
Dr Berry Juliandi, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University menjelaskan bahwa dalam 10 tahun terakhir, penurunan kondisi biodiversitas Indonesia sudah mencapai 30 hingga 40 persen. “Bila kita tidak mengubah cara pembangunan ke arah yang berkelanjutan dan memikirkan nasib biodiversitas, dalam kurun waktu 10 tahun lagi kita akan kehilangan 80 hingga 90 persen dari kekayaan biodiversitas,” terangnya dalam Podcast Episode ke-18 BIOSync oleh SEAMEO BIOTROP dengan tajuk “Sains untuk Biodiversitas Indonesia”, (02/11).
Atas dasar kekhawatiran ini, ia menulis buku berjudul Sains Biodiversitas yang dapat diakses oleh khalayak secara gratis. Harapannya, biodiversitas dapat dipahami bukan hanya sebagai teori namun implementasi yang bagus oleh generasi muda. Generasi muda perlu menyadari pentingnya biodiversitas karena seiring berkembangnya teknologi, interaksi dengan alam semakin berkurang.
“Maka cara paling baik mengenalkan pentingnya biodiversitas adalah dengan melakukan kembali dan memberi waktu berinteraksi dengan alam sebagai wahana pendidikan sejak usia dini,” lanjut Dosen Departemen Biologi IPB University ini.
Setiap daerah memiliki biodiversitas unik, ia menuturkan, maka lembaga pendidikan perlu meramu konten sains yang berkaitan erat dengan keunikan alam. “Salah satu caranya, kita harus mendorong pemerintah untuk mengubah kurikulum pendidikan usia dini hingga menengah bahwa kegiatan aktivitas pengajarannya sebagian mungkin harus melibatkan alam sebagai sumber literasi,” ungkapnya.
Dr Berry mengurai, buku tersebut ia tulis untuk generasi muda agar mereka dapat memahami cara pemanfaatan biodiversitas dengan tepat. “Kita ingin (buku) Sains biodiversitas ini menjadi simulasi bahwa ternyata kita memiliki modal yang besar atau disebut keuntungan komparatif yang tidak dimiliki oleh negara lain,” ujarnya.
Ia menilai bahwa cara mengoptimalisasi kekayaan biodiversitas ini adalah dengan prinsip berkelanjutan. Nilai-nilai yang terkandung di dalam buku, ia harap, tidak hanya bisa diadopsi oleh sivitas akademika perguruan tinggi. Namun menjadi nafas sehari-hari dan digunakan oleh masyarakat awam. Di sisi lain dapat menimbulkan awareness dan menjembatani pemahaman sains biodiversitas dengan masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya generasi milenial.
“Tantangan besar kita adalah bagaimana mengarusutamakan pemikiran bagaimana memanfaatkan biodiversitas sebagai bekal ilmu pengetahuan. Saya rasa, cara yang paling mudah adalah dengan menyisipkan pesan-pesan pentingnya biodiversitas di dalam aspek kehidupan kita,” pungkasnya. (MW/Zul)
Narasumber : Dr Berry Juliandi, ipb.ac.id