Departemen Biologi FMIPA IPB University Gelar Kelas Diskusi: Mengenal Kemampuan Unik Lebah Madu Bertahan Hidup di Wilayah Bersuhu Dingin
Lebah madu dikenal sebagai salah satu serangga polinator penghasil madu. Riset terkait ekologi dan genomik lebah ini juga semakin berkembang, terutama terkait kemampuannya bertahan hidup di tengah perubahan iklim.
Membahas lebih lanjut terkait hal ini, Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University menggelar Integrative Biology Class for Undergraduate Students dengan tema “Warm and Fed: How Asian Honeybees Adapt to Temperate Climate”, Senin (14/11). Kuliah tamu ini dimoderatori oleh Dr Windra Priawandiputra, Dosen Departemen Biologi FMIPA IPB University.
Prof Xin Zhou, Akademisi dari Departemen Entomologi, College of Plant Protection, China Agricultural University menjadi pembicara utama. Menurutnya, kemampuan lebah madu bertahan hidup di wilayah beriklim sedang sangat menarik.
“Kita perlu mengetahui fenomena ini karena peran lebah madu sangat penting bagi sektor pertanian yang berdampak pada ketahanan pangan global. Manusia bergantung pada jasa lingkungan lebah madu sebagai polinator,” ujarnya.
Lebah madu yang ia bahas adalah spesies Apis, khususnya Apis cerana dan Apis mellifera yang menjadi pollinator utama. Kedua spesies lebah madu ini memiliki kemampuan unik dalam meregulasi suhu tubuhnya.
“Kemampuan ini bermula dari sejarah evolusi dan taksonomi delapan subspecies yang memiliki keunikan tersendiri. Kesuksesan masing-masing subspecies tidak bergantung pada populasi subspecies lainnya. Setiap model populasi berbagi karakteristik tersendiri karena keunikan genetiknya,” lanjutnya.
Selain peran penting genetik, tambahnya, lebah madu juga memiliki akses terhadap berbagai jenis tanaman bunga bernektar di wilayah beriklim sedang yang lebih baik. Tercukupinya kebutuhan makanan, akan membuat tubuh cukup hangat untuk bertahan hidup.
Menurutnya, karakteristik tubuh lebah madu juga berperan penting dalam kemampuannya meregulasi suhu tubuh. Misalnya keunikan genetik pada lebah madu pekerja yang memiliki warna tubuh lebih gelap.
“Lebah madu berwarna gelap cenderung lebih cepat menaikkan suhu tubuh dan mencapai suhu tubuh yang lebih seimbang. Karakteristik ini sangat baik agar mampu bertahan hidup di habitat bersuhu dingin,” ungkapnya.
Ia menambahkan, tubuh berwarna gelap sangat menguntungkan bagi individu lebah maupun koloni dalam hal adaptasi terhadap suhu dingin. Seleksi genetik sangat berperan dan prosesnya bergantung pada tingkah laku lebah madu pekerja yang menguntungkan koloninya.
Ia mengungkapkan, seleksi genetika berulang dari aspek morfologi, tingkah laku dan sebagainya pada lebah madu merupakan mekanisme umum dalam kemampuan adaptasi lebah madu. Seleksi ini umumnya menargetkan lebah madu pekerja, tetapi sifat dan karakteristiknya tetap menguntungkan keberlangsungan koloni.
“Variabilitas genetik di wilayah ini serta variasi genetik yang bertahan mungkin menjadi pemicu utama mengapa seleksi genetik sering terjadi dalam evolusi lebah madu,” ringkasnya. (MW/Zul)
Narasumber : Dr Windra Priawandiputra, Prof Xin Zhou, ipb.ac.id