Dosen Biologi IPB University Jelaskan Pentingnya Peran Kelulut dalam Konservasi Hutan Berkelanjutan
Lebah memiliki peranan penting di dalam ekosistem lingkungan. Hilangnya serangga ini bahkan dapat mengancam keseimbangan ekosistem.
Terkait hal ini, Dr Windra Priawandiputra, dosen IPB University dari Departemen Biologi berbagi pengetahuan tentang biologi lebah tanpa sengat atau kelulut. Ia menyebut, kelulut dapat menjadi dasar dalam budidaya lebah secara berkelanjutan dan sebagai upaya konservasi. Menurutnya, tanpa informasi biologi dan keanekaragaman, manusia tidak akan mampu mengetahui cara budidaya dan mempertahankan kelestarian lingkungan yang tepat.
“Tidak semua orang mampu membedakan antara lebah bersengat dan tanpa sengat,” kata Dr Windra. Lebih lanjut ia menjelaskan, lebah memiliki lebih dari 20.000 jenis. Lebah tanpa sengat atau kelulut memiliki ciri khas tersendiri. Umumnya, lebah jenis ini dimanfaatkan masyarakat untuk menghasilkan madu, polen, dan propolis.
“Seperti lebah pada umumnya, kelulut memiliki tingkat sosial dan pembagian kerja tergantung umur. Namun informasinya lebih beragam dibandingkan lebah madu biasa,” tambah Dr Windra Priawandiputra, pakar polinator dari IPB University.
Dosen IPB University itu menyebut, disribusi kelulut di Indonesia hanya 46 tempat yang terekam. Namun demikian, jumlah spesies terbanyak terdapat di pulau Kalimantan dan kemungkinan besar di daerah pedalaman lebih banyak lagi.
Ia pun menjelaskan, distrupsi distribusi dari lebah kian meningkat. Distrupsi data ini menyebabkan kemungkinan perpindahan spesies dan kepunahan lebah endemik. Tidak hanya itu, popularitas kelulut kian meningkat untuk diperjual-belikan di berbagai daerah sehingga dapat menyebabkan invasi spesies. Oleh karena itu, ia merekomendasikan peternak lebah untuk memilih spesies lokal atau endemik bukan dari luar pulau.
“Lebah madu tanpa sengat memiliki morfologi yang unik dan biasanya ukurannya lebih kecil daripada lebah madu bersengat,” kata Dr Windra.
Biasanya, katanya, tempat bersarang lebah ini beragam, mulai dari lubang di pohon, rongga bambu, hingga rongga dinding rumah.
Sementara itu, produk kelulut dikenal lebih mahal karena kuantitasnya lebih sedikit. Bahkan, produktivitasnya per tahun hanya berkisar 6,5 kilogram apabila sumber pakannya banyak. Menariknya, produktivitas propolisnya lebih tinggi daripada lebah biasa. Kandungan antioksidan dan antibiotiknya pun lebih kaya.
Dr Windra juga menyebut, panen madu dari kelulut harus bersifat berkelanjutan. Ia menyarankan, supaya penyimpanan koloni berada di tempat yang memiliki tanaman pakan yang berbunga sepanjang musim. Contoh tanaman berbunga penghasil polen, nektar dan resin misalnya adalah kelapa, kaliandra, kapuk radu, mangga, jambu, dan sebagainya.
“Selain memberikan manfaat berupa polen dan nektar, mereka bisa membantu dalam proses peningkatan produktivitas dari tumbuh-tumbuhan di sekitarnya,” jelasnya dalam Webinar Series Ke-2 Jurusan Biologi, Universitas Mulawarwan dengan judul “Budidaya dan Potensi Kelulut dalam Ekosistem Serta Manfaat bagi Manusia,” (09/11).(MW)
Narasumber : Dr. Windra Dwiputra, ipb.ac.id