Dosen Muda Departemen Biologi IPB University: Peneliti Masih Mengalami Bias Saat Identifikasi Jamur Basidiomiset
Dosen muda Departemen Biologi IPB University Ivan Permana Putra, MSi menjadi pembicara dalam webinar yang diadakan oleh Mikoina (Perhimpunan Mikologi Indonesia), (24/06). Webinar ini membahas tentang deskripsi morfologi jamur Basidiomiset dan pengantar Russulales.
Menurut Ivan, kebanyakan generasi milenial tidak mengetahui seperti apa bentuk dari jenis-jenis jamur. Bagi individu yang sudah lama berkecimpung di dunia mikologi, jamur tersebut dapat mudah diidentifikasi karena terdapat bentuk khas yaitu mengerucut ke atas seperti payung.
Identifikasi Basidiomiset ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara molekuler atau secara observasi. Cara observasi lazim dilakukan bagi mahasiswa karena biayanya terjangkau. Adapun kendala yang bisa jadi ditemukan di lapangan adalah kompleksitas dari jenis jamur tersebut berdasarkan geografis daerah temperate dan tropis. Observasi dengan menggunakan website seperti Mycokey ataupun buku identifikasi masih belum bisa menentukan identitas jamur secara tepat, maka dari itu dokumentasi foto sangat bermanfaat bagi laporan dan data tambahan pada kunci identifikasi Basidiomiset.
“Identifikasi basidiomiset ataupun jenis jamur lainnya sangat rawan bias, karena sekecil apapun perbedaan pada jamur tersebut dapat merujuk pada nama spesies yang berbeda. Mulai dari karakteristik lamela, fitur pada tudung, hingga bau dan rasa khas. Contohnya pada Russulales yang memiliki rasa yang tajam dan pedas. Fitur pada Russulales yang khas lainnya adalah adanya lateks pada lamela di spesies tertentu. Walaupun terdapat ciri khas, tak jarang peneliti masih kesulitan membedakan antar spesies Russulales berdasarkan morfologinya saja, maka identifikasi secara molekular disarankan untuk mengerucutkan hasil akhir identifikasi,” ujarnya.
Ivan menambahkan, berdasarkan temuannya pada karya ilmiah peneliti Korea, 28 spesies Russulales yang baru ditemukan masih mengalami bias dan kemiripan pada morfologi karena hanya mengacu pada kunci identifikasi spesies Lactarius, sehingga mereka merombak ulang nama-nama spesies tersebut. “Dari paper itu bisa disimpulkan bahwa kelompok Lactarius dan Russula itu tidak selalu kosmopolitan. Mereka spesifik pada tanaman tertentu, pada daerah tertentu, sehingga penggunaan kunci pada daerah empat musim menjadi tidak relevan,” pungkasnya. (MW/Zul)