FMIPA IPB University Undang Peneliti dari Queen Mary University, London Bahas Pentingnya Peran Riset Konservasi Genomik untuk Selamatkan Satwa Punah
Semakin cepatnya perubahan zaman dan kuatnya dampak perubahan iklim, menyebabkan keseimbangan ekosistem terguncang. Populasi berbagai jenis satwa yang tergolong punah dan hampir punah kian terancam. Untuk menyelamatkan sisa populasi satwa ini diperlukan riset dan teknologi yang terbarukan. Salah satunya melalui konservasi genomik dengan memanfaatkan keilmuan bioinformatika.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University menggelar Bioinformatics Webinar Series ke-23 dengan tema “Conservation Genomics” (10/9). Kegiatan mengundang peneliti dari Queen Mary University of London, United Kingdom (UK), Sabhrina Gita Anita MSc.
“Konservasi merupakan tanggung jawab moral manusia atas dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh berbagai aktivitas manusia. Harapannya, dengan terkonservasinya satwa, ekosistemnya turut terkonservasi,” ujarnya.
Sabhrina melanjutkan, keragaman genetik, utamanya, sangat penting bagi kelangsungan hidup satwa di masa depan. Biologi konservasi membutuhkan informasi genetik yang luar biasa banyak, sehingga bidang bioinformatika sangat membantu menggali informasi ini. Konservasi genetika ini akan berguna untuk menjaga keragaman genetik yang ada.
“Contoh-contoh kerja genomik untuk konservasi di antaranya filogeografi dan sejarah regionalnya, struktur populasi dan aliran gen, serta inbreeding dan beban mutasi. Kebutuhan akan data genetik ini utamanya untuk meningkatkan aliran gen akibat hayutan genetik. Terlebih data genetik satwa Indonesia terbilang masih sedikit,” imbuhnya.
Salah satu contoh penelitian di bidang bioinformatika, sebutnya, adalah untuk memperoleh marka genetik suatu jenis satwa melalui sekuensing Deoxyribonucleic Acid (DNA). Berbagai teknik untuk deteksi variasi DNA ini juga beragam, tergantung aspek yang ditelitinya. Aspek yang dapat diteliti yakni kualitas DNA minimal, derajat kekerabatan dan identitas, konektivitas populasi, hingga restorasi populasi dengan variasi khusus.
Menurutnya, populasi yang terlalu kecil rentan mengalami pusaran kepunahan, sehingga aliran gennya harus ditingkatkan. Namun, populasi yang berukuran kecil tidak selalu bernasib buruk. Belum tentu, populasi satwa yang kecil akan terus punah.
“Informasi genetik ini karena merupakan sesuatu yang diturunkan, informasinya tidak hanya memberitahu kesehatan spesies namun juga potensi evolusi ke depannya. Dan kaitannya dengan risiko kepunahan,” terangnya terkait nilai efektif suatu populasi.
Ia menambahkan, beberapa tantangan genomik yang mungkin dihadapi dalam upaya konservasi genomik ini adalah terkait faktor mekanistik dan implementasinya. Sehingga membutuhkan kolaborasi regional dan inisiatif nasional dalam rangka menyadari betapa pentingnya sumber daya bioekonomi berupa informasi genetik. (MW/Rz)
Narasumber : Sabhrina Gita Anita MSc, ipb.ac.id