Guru Besar FMIPA IPB Kembangkan Model Fisika yang Mampu Hancurkan SARS-Cov-2
Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University, Prof R Tony Ibnu Sumaryada Wijaya Puspita mengembangkan model fisika yang mampu menghancurkan virus SARS-Cov-2. Hal ini terungkap dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Penetapan Guru Besar Prof Tony, (24/3), dengan materi yang berjudul Pendekatan Fisika tmTeoritis dan Komputasional pada Sistem Mesoskopis untuk Mendukung Riset di Bidang Kesehatan dan Energi.
Dalam paparannya, Prof Tony mengungkapkan bahwa ilmu fisika merupakan ilmu dasar untuk memahami fenomena di alam semesta. Kajian-kajian fisika pada skala mesoskopis dapat memberikan wawasan dan pandangan baru yang dapat diaplikasikan pada berbagai bidang riset seperti kesehatan dan energi.
Terkait COVID-19, tambahnya, riset simulasi penambatan molekuler dari berbagai senyawa herbal populer telah dilakukan dan mampu mengungkap potensi khasiat herbal tersebut.
”Dengan metode penambatan molekuler, kita bisa menguji potensi senyawa herbal. Misal potensi senyawa aktif teh hijau sebagai agen anti obesitas. Kita juga lakukan evaluasi potensi herbal terkait terapi COVID-19. Riset kita lakukan di awal lockdown,” ujarnya.
Ia menjelaskan, herbal yang diuji adalah herbal yang populer dijual di Indonesia, misalnya habbatussauda, kunyit, madu dan sebagainya.
“Hasilnya, kita menemukan bahwa kulit manggis ini potensial dibandingkan kunyit atau madu, meski nilainya tidak berbeda jauh,” jelasnya.
Riset lain terkait COVID-19, imbuhnya, adalah simulasi penambatan molekul grafena oksida pada spike-glycoprotein SARS-Cov-2. Hasil simulasi menunjukkan kemampuan lapisan tipis grafena oksida pada suatu permukaan dalam menyerap dan mengikat spike-glycoprotein SARS-Cov-2.
“Kita menambatkan molekul obat atau senyawa herbal pada enzim pada penyakit tertentu. Saya coba hal yang berbeda. Saya coba tambatkan grafena oksida pada spike-glycoprotein SARS-Cov-2 secara komputasional menggunakan paket simulasi yang ada. Ternyata bisa menempel dan sangat kuat di sisi aktif dari spike-glycoprotein (mahkotanya virus),” jelasnya.
Menurutnya, grafena oksida ini bisa menjadi pelapis pada suatu benda atau alat kesehatan. Sehingga virus yang sudah menempel pada grafena oksida ini kemudian bisa dihancurkan melalui mekanisme fisik (pemanasan atau penyinaran).
“Model fisika terkait destruksi virus tersebut secara termal juga telah dibangun dan dipublikasikan,” jelasnya.
Ia melanjutkan bahwa pengembangan desain instrumen biomedik terkait COVID-19 ini akan terus dilakukan.
“Sebagai contoh kita juga mengajukan paten smart inhaler berbasis graphene oksida. Model matematik untuk penghancuran virus yang melekat pada permukaan graphene oksida juga terus kami perbaiki. Kami juga akan mengganti grafena oksida dengan nanostruktur karbon lainnya seperti carbon dots atau fullerene. Fullerene C60 adalah struktur karbon berbentuk bola sepak dan dapat dianggap seperti titik kuantum (quantum dots),” tandasnya. (Zul)
Narasumber : Prof R Tony Ibnu Sumaryada Wijaya Puspita
Source: ipb.ac.id