Mahasiswa FMIPA IPB Rancang Aplikasi dengan Matematika untuk Penanganan Pascabencana Alam
Letak geografi Indonesia yang berada pada kawasan Cincin Api Pasifik terletak pada gugusan api dan pertemuan tiga lempeng tektonik aktif utama dunia. Yaitu Indo-Australia, Pasifik, dan Eurasia. Posisi ini selain memberikan keuntungan dengan suburnya wilayah Indonesia, namun juga menyebabkan Indonesia sangat berpotensi sering dilanda bencana alam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mencatat bahwa selama tahun 2018 terdapat 1.999 kejadian bencana di Indonesia.
Bencana memberikan pengaruh yang besar terhadap kesejahteraan masyarakat. Inilah yang mendorong tiga mahasiswa IPB University dari Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yaitu Yudasril, Imas Saumi Amalia, dan Indriani Juvita Khustantiliem merancang aplikasi SMART-DRA. Aplikasi ini menjadi solusi cerdas untuk penyaluran bantuan dan rekonstruksi infrastruktur demi masyarakat sejahtera pascabencana.
“Dampak adanya bencana alam ini adalah rusaknya infrastruktur. Terutama yang menyediakan pelayanan umum seperti rumah sakit, sekolah dan penyedia kebutuhan sandang dan pangan masyarakat. Permasalahan ini akan memberikan pengaruh yang besar kepada kesejahteraan masyarakat. Aplikasi kami ini berupaya untuk menawarkan solusi agar penanganan bencana bisa teratasi dengan cepat,” terang Indri.
Adapun konsep pada aplikasi ini menggunakan algoritma. Aplikasi ini terintegrasi dengan algoritma yang tersusun menjadi dua konsep utama yaitu Minimum Spanning Tree (MST) dan Critical Path Method (CPM).
“Sistematika kerjanya yaitu mengumpulkan hasil deteksi wilayah yang terkena bencana, kemudian dihitung jarak antar daerahnya menggunakan bantuan google maps. Dengan Algoritme Kruskal, kita bisa mencari jalur terdekat bagi para relawan untuk menyalurkan bantuan baik bantuan personil penyelamat maupun logistik. Dengan jalur terdekat, waktu tempuh perjalanan juga akan semakin singkat sehingga penanganan dapat dilakukan dengan cepat. Menurut profesor yang bergerak di bidang supply and chain management, penanganan bencana alam memang harus dilakukan secara cepat dan tepat karena menyangkut nyawa manusia,” ujar Imas.
Adapun CPM, tugasnya adalah membantu pekerja proyek membuat jadwal aktivitas dalam proyek pembangunan sehingga meminimumkan total waktu penyelesaian proyek. Hal ini diupayakan untuk mendukung adanya efisiensi melalui perhitungan secara presisi waktu kerja dan jumlah pekerja. CPM juga dapat menjadi upaya tindak lanjut MST ketika bencana menyebabkan rusaknya infrastruktur jalan sehingga diperlukan jalur darurat yang menghubungkan setiap daerah yang terkena bencana.
Adapun konsep pada aplikasi ini menggunakan algoritma. Aplikasi ini terintegrasi dengan algoritma yang tersusun menjadi dua konsep utama yaitu Minimum Spanning Tree (MST) dan Critical Path Method (CPM).
“Sistematika kerjanya yaitu mengumpulkan hasil deteksi wilayah yang terkena bencana, kemudian dihitung jarak antar daerahnya menggunakan bantuan google maps. Dengan Algoritme Kruskal, kita bisa mencari jalur terdekat bagi para relawan untuk menyalurkan bantuan baik bantuan personil penyelamat maupun logistik. Dengan jalur terdekat, waktu tempuh perjalanan juga akan semakin singkat sehingga penanganan dapat dilakukan dengan cepat. Menurut profesor yang bergerak di bidang supply and chain management, penanganan bencana alam memang harus dilakukan secara cepat dan tepat karena menyangkut nyawa manusia,” ujar Imas.
Adapun CPM, tugasnya adalah membantu pekerja proyek membuat jadwal aktivitas dalam proyek pembangunan sehingga meminimumkan total waktu penyelesaian proyek. Hal ini diupayakan untuk mendukung adanya efisiensi melalui perhitungan secara presisi waktu kerja dan jumlah pekerja. CPM juga dapat menjadi upaya tindak lanjut MST ketika bencana menyebabkan rusaknya infrastruktur jalan sehingga diperlukan jalur darurat yang menghubungkan setiap daerah yang terkena bencana.