Pengembangan Repositori Data Omics Tentukan Arah Pemanfaatan dan Penelitian Terkait Biodiversitas Indonesia
ndonesia merupakan salah satu negara dengan julukan megabiodiversitas di dunia. Hal ini menjadikan Indonesia memiliki tanaman obat dunia terbesar. Arah penelitian modern menunjukkan bahwa biodiversitas merupakan faktor penting dalam pengembangan riset di bidang kesehatan dan pertanian.
Namun demikian, jumlah fitofarmaka di Indonesia cenderung rendah. Hal tersebut disampaikan Dr Wisnu Ananta Kusuma, Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dalam acara Kolokium Pusat Riset Komputasi – OR Elektronika dan Informatika, (12/5). Kolokium ini mengangkat topik “riset dan pemanfaatan komputasi untuk repositori dan analisis multi-omics” yang digelar secara daring oleh Pusat Riset Komputasi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Ia menyebutkan faktor penyebabnya karena belum optimalnya penelitian dasar yang mengeksplorasi biodiversitas. Belum adanya repositori yang memuat data omics biodiversitas Indonesia yang lengkap dan memenuhi standar. Belum diadopsinya pendekatan bioinformatika dan análisis omics secara luas. Dan kolaborasi penelitian yang memanfaatkan data omics biodiversitas Indonesia juga masih bersifat sporadis.
Ia menjelaskan, kontribusi yang paling bisa dirasakan dari repositori yakni peneliti akan mampu memanfaatkan, berbagi serta mengarsipkan data omics yang selalu berkembang. Akses terhadap penelitian di bidang omcis juga akan semakin terbuka dan berkembang pesat.
“Kebijakan akses terbuka bagi data omcis bisa menjadi best practice bagi kita untuk mengembangkan repositori untuk memanfaatkan secara luas biodiversitas Indonesia,” terangnya.
Menurutnya, hal tersebut tidak hanya melibatkan peneliti namun pemangku kebijakan yang lebih tinggi.
Kolaborasi ini dapat juga terbangun hingga tingkat internasional karena diintegrasikan dengan repositori di dunia.
“Teknologi omics telah menjadi paradigma baru pada penelitian molekuler. Aplikasinya juga sangat luas, baik di bidang pertanian hingga kesehatan. Teknologi ini meliputi geomik, transkriptomik, proteomik dan metabolomik,” jelasnya.
Dr Wisnu mengatakan kontribusi teknologi omics sangat signifikan terutama di bidang kesehatan. Teknologi ini sangat berguna bagi farmakologi yang bersifat multidimensional. Bahkan dapat menentukan arah pengembangan pengobatan yang bersifat multidrug-multitarget. Teknologi ini dapat menggali potensi fitofarmaka dari berbagai tanaman herbal Indonesia. Ia menambahkan bahwa Pusat Studi Biofarmaka Tropika (Trop BRC) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University bahkan telah menggencarkan produk herbal melalui roadmap pengembangan jamu/obat herbal. Selain itu, turut dikembangkan sebuah sistem untuk memformulasikan obat herbal baru.
Menurutnya, sistem ini dibangun berbasis network pharmacology dan menggunakan metode machine learning yakni IJAH Analytics. Data yang terdapat di dalamnya meliputi data tanaman yang diambil dari situs jamu.ipb.ac.id dan diintegrasikan dengan data senyawa, data protein dan data penyakit dari situs yang terkait.
“Teknologi omics ini bisa menjadi arah pengembangan obat herbal dan fitofarmaka di Indonesia yang semakin maju. Bahkan Indonesia bisa menjadi unggulan dalam pengobatan yang bersifat presisi dengan memanfaatkan biodiversitas Indonesia,” tambahnya. (MW/Zul)
Narasumber : Dr Wisnu Ananta Kusuma, ipb.ac.id