PUSPIPTEK Sebagai Panggung bagi Para Aktor Riset dan Inovasi
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Suharna Surapranata, mengatakan bahwa ada banyak kolaborasi penelitian hanya terjadi antara “plat merah” untuk “plat merah” (pemerintah ke pemerintah) saja. Padahal, untuk membuat penelitian bermanfaat bagi masyarakat, peneliti di berbagai penelitian institut dan universitas di negeri ini harus lebih banyak berkolaborasi dengan sektor swasta/industri. Untuk itu, Kementerian Riset dan Teknologi akan mendirikan Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) sebagai “panggung” untuk aktor dalam dunia penelitian.
Menurut Menristek, pemerintah memiliki peran untuk mengemban tugas dalam membangun “panggung” yang didukung oleh pilar kebijakan agar semua aktor, baik peneliti dan sektor swasta/industri mampu memainkan peran mereka masing-masing. “Jika panggung tidak dibangun dengan baik, aktor kami akan memainkan peran mereka di panggung asing, sebagai hasil dari fenomena Braindrain.” Pernyataan ini ditegaskan oleh Menristek saat menghadiri Seminar Nasional Sains III yang berjudul “Sains Sebagai Landasan Inovasi Teknologi dalam Pertanian dan Industri” yang diselenggarakan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerjasama dengan MIPAnet, 13/11, di Kampus IPB Bogor. Selain peneliti dari FMIPA di Indonesia, acara ini juga dihadiri oleh Dekan Fakultas dari berbagai perguruan tinggi.
Terkait dengan tema seminar, Menristek menunjukkan, sebagai tubuh, ilmu adalah seperti tulang belakang (backbone) yang membuat sebuah inovasi kokoh. Menurutnya, seorang peneliti hanya mungkin akan melakukan penelitian yang solid hanya jika dia memiliki dasar yang baik dari ilmu pengetahuan. “Sebuah penelitian ilmu terapan yang kuat harus didukung oleh penelitian dasar yang solid juga. Di sinilah letak pentingnya ilmu sebagai landasan inovasi.”, tambahnya.
Mengenai inovasi, Menristek mengatakan bahwa inovasi adalah penerapan teknologi atau aplikasi baru di masyarakat dan ada aspek pemanfaatan untuk pembangunan. “Ini bukan sebuah inovasi jika tidak bisa diterapkan.”, kata Menristek. Selanjutnya, Menristek mengatakan bahwa sebenarnya, penelitian yang telah dihasilkan oleh para peneliti kita banyak, tapi sayangnya, penelitian mereka belum dikomunikasikan dengan baik kepada pengguna/industri. Oleh karena itu, ia mendesak perlunya integrasi, sinergi, dan komunikasi, baik antar sesama peneliti (penelitian dasar dan penelitian terapan) serta dengan pengguna/industri.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.Agr. menggambarkan fenomena menurunnya minat mahasiswa untuk mengambil jurusan Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Masih ada paradigma bahwa belajar ilmu-ilmu dasar seperti matematika, fisika, kimia, biologi, statistik, dan sebagainya dianggap tidak menjanjikan. Tak heran jika para siswa yang telah mencapai kejuaraan di banyak Olimpiade sains, ketika memasuki perguruan tinggi, mereka tidak memilih FMIPA melainkan bidang-bidang ilmu terapan, karena dianggap lebih menjanjikan bagi masa depan mereka. “Padahal dengan belajar di FMIPA, berpotensi untuk menghasilkan para ilmuwan yang akan menjadi fondasi dari pengembangan inovasi. Ilmuwan yang seperti ini yang sangat dibutuhkan oleh bangsa ini.”, kata Prof. Yonny.
Dekan FMIPA yang juga Sekretaris Jenderal MIPAnet IPB, Dr. Hasim, DEA mengharapkan pemerintah akan lebih memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dasar ini. “Sejauh ini FMIPA kualitas laboratorium masih jauh di bawah standar untuk ilmu terapan. Akibatnya, pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ini cukup lambat.” tambahnya.